BDBH FILM

Sunday 7 December 2014

DAUN TERBANG KARENA ANGIN BERTIUP ATAU KARENA POHON TAK MEMINTANYA UNTUK TINGGAL



Written By : LEONY ANANDA

Pohon…
            Aku biasa dipanggil Pohon, karena di setiap detail hidupku selalu terbayang gambar Pohon yang kokoh dan kuat. Pohon tak lepas dari Daun, dimana ada Pohon, Daun selalu hadir disana.
         Aku telah mengenalnya semenjak kami duduk dibangku SMP. Kami sahabat, tapi lebih dari itu aku menyukainya. Senyumnya, tawa riangnya, wajah lugunya, aku menyukainya sangat menyukainya, tapi aku takut, jika aku mengungkapkannya ia akan menolak dan menjauh dariku.


                Suatu ketika ku kabari ia bahwa kini aku mempunyai pacar, ia terlihat gembira dan turut senang atas hubunganku, meski aku kecewa karena ku berharap ia tidak menyukainya. Tetapi esoknya kulihat matanya bengkak, ia hanya tersenyum dan mengatakan bahwa ia tadi malam hanya bergadang mengerjakan tugas.
                Sudah empat kali aku berganti pacar, tapi ku lihat ia masih tetap sendiri. Aku tak lagi bersama Daun, karena aku telah bersama pacarku. Ku lihat ia kini besama pria lain, aku tak tahu siapa dia, tapi sering ku perhatikan mereka begitu dekat. Betapa sakitnya aku ketika Daun menoleh kearahku dan menunjukan senyum manisnya.
                Ketika aku pacaran dengan pacarku yang kelima, terjadi konflik antara Daun dengan pacarku. Daun berkata bahwa pacarku telah menduakanku, tapi aku tak mempercayainya, aku berteriak kearahnya yang membuat wajahnya memerah dan butiran bening tumpah dipipinya, kulihat kecewa tertera dimatanya. Kutinggalkan dia dan pergi dengan pacarku. Betapa hancur hatiku, aku tak sadar akan apa yang kulakukan, aku sudah melukainya.
                Esoknya kulihat pacarku bersama pria lain, betapa hancur hatiku ketika tahu aku telah melukai dan tak mempercayai Daun. Handphoneku bergetar sebuah pesan masuk, tanpa nama si pengirim yang isinya “Daun terbang karena Angin bertiup atau karena Pohon tak memintanya untuk tinggal”.

Daun…        
            Namaku Daun, aku sangat suka mengoleksi dedaunan. Daun tidak pernah jauh dari Pohon kecuali Angin kencang membawanya pergi.
                Aku menyukai Pohon, tapi aku terlalu malu untuk mengatakannya. Aku takut jika aku memberitahunya ia menjauh dariku.
Suatu ketika ia mengabariku bahwa kini ia memiliki pacar, dan saat itu juga kupelajari satu perasaan yang tak pernah kurasakan sebelumnya “cemburu”, tapi ku coba untuk menahan perasaanku. Aku tersenyum meski hatiku sakit. Kabar itu membuatku menangis semalaman.
                Sudah berkali-kali Pohon berganti pacar dan berkali-kali pula aku terluka karenanya. Ketika Pohon bersama pacarnya, Angin menghampiriku, dan berkata ingin menemaniku. Ketika aku berbincang dengan Angin, Pohon menatapku dengan senyumnya. Meski aku cemburu melihatnya, aku tetap berusaha tersenyum untuknya.
                Suatu hari aku bertengkar dengan pacar Pohon yang kelima, aku melihatnya bersama pria lain. Aku berusaha menjelaskannya pada Pohon, tapi ia tak mempercayaiku. Ia berteriak kearahku yang membuat air mataku tumpah. Lalu ia pergi meninggalkanku begitu saja.
                Angin datang mencoba menghiburku, dengan setia ia menemaniku meski kehadirannya tak pernah kuhiraukan. Ia pria yang baik, meski sudah berkali-kali ia ku tolak, tapi ia tak pernah pergi, ia selalu berada didekatku. Meski aku menyukai Pohon. mungkin kini saatnya aku membuka hatiku untuknya, karena aku tak pernah tahu bahwa “Daun terbang karena Angin bertiup atau karena Pohon tak memintanya untuk tinggal”.

Angin…
            Aku sudah memperhatikannya selama setahun, dimana ketika Daun selalu bersama Pohon, dimana mereka layaknya sepasang kekasih, dimana kuperhatikan suatu hari mata Daun memerah saat melihat Pohon bersama pacarnya, dimana Daun memperhatikan Pohon yang sedang berduaan bersama pacarnya dengan tatapan cemburu.
                Suatu ketika kuberanikan diri menghampirinya yang tengah memandang Pohon dari kejauhan, kami berbincang akrab, Daun adalah gadis yang baik, ia periang, senyumnya yang manis selalu mengiasi bibirnya, saat berbicara denganku terkadang ia masih sering memperhatikan Pohon, kulihat ia sangat menyukai Pohon yang sepertinya tak menyukainya. Tapi dengan tulus ia mampu tersenyum untuk Pohon.
      Suatu ketika kulihat ia menangis di kelas, matanya membengkak dan ia tersedu memandang pohon pergi. Aku tak ingin bertanya apa yang terjadi padanya, tapi aku tahu pasti apa yang membuatnya menangis.
Aku terpukul melihatnya begitu terluka oleh laki-laki yang disukainya. Kini ku beranikan diri untuk mendekatinya, memang awalnya ia tak meresponku, tapi aku akan tetap meyakinkannya. Berkali-kali kunyatakan rasaku padanya, dan berkali-kali pula ia menolakku. tapi aku tak akan menyerah begitu saja, aku harus menjadi Angin yang kuat untuk membawanya terbang jauh dari Pohon. Karena kita tak pernah tahu alasan “Daun terbang karena Angin bertiup atau karena Pohon tak memintanya untuk tinggal”.


0 comments:

Post a Comment